Iwan Setiawan dan Revolusi di Persija

Selama hampir satu dasawarsa terakhir, Persija adalah sebuah tim impian. Tim berjuluk Macan Kemayoran selalu diperkuat oleh pemain bintang. Pemain lokalnya berlabel tim nasional atau eks timnas.

Sementara itu, pemain asing yang digaet juga sering kali yang berkualitas bagus. Guyuran melimpah dari dana APBD yang belakangan mencapai angka di atas Rp 20 miliar membuat Persija mudah menadaptkan pemain atau pelatih yang diinginkan.

Sejumlah pemain berpikiran bahwa menjadi bagian dari tim Persija adalah sebuah kebanggaan pribadi. Karier bermain tak lengkap rasanya jika menjadi pemain timnas tapi belum pernah memperkuat Persija.

Pemain bintang yang didatangkan setiap musim itu membuat tim memiliki daya tarik. Hal ini tak hanya menarik minat suporter The Jakmania. Ketika Persija main di luar Jakarta, suporter di daerah setempat pun tertarik untuk menyaksikan langsung ke stadion.

Dengan apa yang dimiliki, tak heran kalau ekspektasi terhadap prestasi Persija selalu tinggi. Setiap musim target juara selalu dibidik Persija. Sayang, sejak menjadi juara Liga Indonesia 2001 tim ini tak pernah lagi mencicipi gelar bergengsi.

Musim ini wajah Persija yang berkompetisi di Liga Super Indonesia banyak berubah. Bahkan bisa dibilang revolusi telah terjadi di tim Macan Kemayoran.

Nama pemain senior seperti Bambang Pamungkas dan Ismed Sofyan masih ada. Pemain asing seperti Precious Emuejeraye juga masih dipertahankan. Pemain asing lainnya adalah eks bek Persela Fabiano Beltrame dan gelandang Robertino Pugliara, yang sempat membela Persiba Balikpapan sebelum akhirnya kembali ke Jakarta.

Yang membedakan Persija musim ini adalah munculnya nama pemain-pemain muda dalam skuad. Pemain timnas SEA Games seperti Andritany Ardhiyaksa, Ramdani Lestaluhu, dan Hasyim Kipuw rutin menjadi starter.

Tak cuma itu, pemain muda lain yang namanya masih asing di telinga seperti Rudi Setiawan, Alan Martha, Delton Stevano hingga Fahreza Agamal juga beberapa kali tampil sebagai pengganti.

Belakangan nama Rudi makin dikenal. Pemain yang akrab disapa dengan panggilan Bogel ini, lantaran tubuhnya yang mungil, punya kemampuan olah bola yang oke. Ia kerap menjadi pemain pengganti yang mengejutkan lawan saat dimainkan.

Hal ini tentu tak pernah terjadi ketika Persija di masa lalu. Revolusi ini tak lepas dari perubahan manajemen tim. Persija sekarang dipimpin oleh Ketua Umum Ferry Paulus dan dilatih Iwan Setiawan.

Keduanya pernah bekerja sama ketika Ferry menjadi manajer timnas usia muda dan Iwan yang menjadi pelatih. Sebagian pemain muda yang ada di tim Persija saat ini adalah mantan anak buah duet Ferry dan Iwan semasa di timnas U-17.

“Saya percaya pada kemampuan dan mental anak-anak muda itu. Mungkin saya diuntungkan karena sebelumnya pernah menangani mereka semasa di timnas U-17,” kata Iwan.

Soal kepercayaan pada pemain muda ini tak mudah untuk dilakukan. Salah satu pelatih yang berhasil dalam hal ini adalah Robert Rene Albert.

Pria asal Belanda itu sukses membawa Arema menjadi juara ISL 2009/2010. Saat itu pemain muda seperti Kurnia Meiga, Dendi Santoso, hingga Irfan Raditya menjadi andalan Arema. Di akhir kompetisi Meiga terpilih jadi pemain terbaik ISL.

“Tak mudah buat pelatih memberikan kepercayaan pada pemain muda karena kami dituntut untuk membawa tim berprestasi. Buat pemain, mereka juga pasti membawa beban. Saat pertama kali dimainkan, Dendi grogi dan permainannya tak seperti yang saya inginkan. Tapi saya tetap berusaha memberikan kepercayaan karena tahu kemampuannya bagus,” kata Albert, sesaat setelah Arema memastikan gelar juara ketika bermain imbang 1-1 lawan PSPS di Pekanbaru.

Di Persija, Iwan memakai jasa pemain senior seperti Bambang dan Ismed untuk mengerek kemampuan juniornya. “Mereka adalah contoh yang bagus buat pemain muda. Keduanya juga bisa membimbing pemain muda,” kata Iwan.

Buat menaikkan semangat pasukannya, Iwan kerap memutar potongan film di briefing yang diikuti seluruh pemain sebelum pertandingan. Hal ini mencontek apa yang dilakukan pelatih Barcelona, Josep Guardiola, yang memutar film Gladiator untuk ditonton Lionel Messi dkk.

Hasilnya, saat ini posisi Persija masih berada di urutan ketujuh. Bambang cs. main 11 kali, lima kali menang dan tiga kali seri dan kalah.

Jika melihat masa lalu Persija yang selalu berada di papan atas, posisi saat ini tentu kurang memuaskan. Namun ada hal lain yang bisa dicapai dengan revolusi Persija yang dilakukan oleh Iwan.

Bukan tak mungkin pemain-pemain muda di generasi Rudi Setiawan cs. kelak yang akan menggantikan tempat Bambang dkk. di timnas. Tanpa kesempatan bermain yang diberikan, talenta Rudi tentu sulit buat berkembang.

Setelah sekian lama harus berkandang di luar Jakarta, Persija akan kembali menjamu lawan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (26/2). Kali ini yang datang adalah Persisam. Menarik untuk menunggu penampilan Persija di Jakarta dengan wajah yang sudah banyak berubah.

Iwan Setiawan dan Revolusi di Persija Iwan Setiawan dan Revolusi di Persija Reviewed by [ADMIN] on Friday, February 24, 2012 Rating: 5

No comments:

Statistik Blog

Powered by Blogger.